PELANTIKAN PAC IPNU-IPPNU MANTUP

Bertempat di Gedung Mayangkara Mantup, Pimpinan Anak Cabang IPNU-IPPNU Mantup melaksanakan kegiatan pelantikan untuk masa khidmat 2011 - 2013.
Kegiatan yang berlangusng pada hari Selasa tanggal 17 Mei 2011, dihadiri oleh undangan diantaranya dari unsur Penugurus MWC NU Mantup, Muslimat NU, Fatayat NU, Anshor NU, juga dari kader-kader IPNU-IPPNU baik dari Pimpinan Ranting maupun Pimpinan Komisariat IPNU-IPPNU sekecamatan Mantup.
Ketua dan sekretaris Pimpinan Cabang IPNU-IPPNU Lamongan hadir secara langsung untuk melantik pengurus PAC. IPNU-IPPNU Mantup.
“kami mengajak seluruh rekan dan rekanita untuk bersama-sama belajar dan berjuang melalui organisasi IPNU-IPPNU di kecamatan Mantup” ujar ketua PAC IPNU Mantup Rekan Miftakhul Huda yang selalu diucapkannya.
Pelantikan tersebut juga dihadiri oleh Rois Syuriyah PWNU Jawa Timur

KONFRENANCAB IPNU-IPPNU MANTUP

Bertempat di Gedung SMA WALISONGO, tepat di Desa Sukobendu, Pimpinan Anak Cabang IPNU-IPPNU Mantup melaksanakan kegiatan pelantikan untuk masa khidmat 2011-2013.
Kegiatan yang berlangsung pada hari sabtu tanggal 05 Maret 2011, dihadiri oleh undangan diantaranya dari unsur Penugurus MWC NU Mantup, Muslimat NU, Fatayat NU, Anshor NU, juga dari kader-kader IPNU-IPPNU baik dari Pimpinan Ranting maupun Pimpinan Komisariat IPNU-IPPNU sekecamatan Mantup.
“kami mengajak seluruh rekan dan rekanita untuk bersama-sama belajar dan berjuang melalui organisasi IPNU-IPPNU di kecamatan Mantup” ujar ketua PAC IPNU Mantup Rekan Arif Sudarmawan dalam sambutannya.
Usai kegiatan pelantikan, para pengurus melaksanakan kegiatan rapat kerja. yang di pimpin oleh rekan Aris Taufiyah dengan rekan Miftakhul Huda.
Dengan dilantiknya pengurus baru, semoga bisa menambah semangat organisasi kita untuk belajar, berjuang dan bertaqwa........... selamat dan sukses atas rekan dan rekanita sebagai pengurus PAC Mantup.

MANAJEMEN ORAGANISASI

Manajemen bukanlah ilmu murni, tetapi merupakan aplikasi science induknya adalah Ilmu Administrasi. Istilah manajemen sendiri bisa berarti macam-macam meskipun ilmu manajemen sering diartikan sebagai ilmu pengelolaan. Pada materi ini akan kita batasi artinya dalam pengertian yang umum, yaitu suatu proses pengelolaan kegiatan dari suatu program.
Adapun 3 unsur pokok manajemen adalah:
1. Administrasi
2. Organisasi
3. Manajemen (itu sendiri)
Administrasi secara sempit diartikan sebagai suatu usaha, pengarsipan, tulis menulis, catat mencatat, dll.
Administrasi secara luas dibagi atas administrasi pemerintahan dan swasta.
Proses administrasi sendiri sering diartikan sebagai satu bentuk kerjasama antara dua orang atau lebih. Sedang pada penjabaran yang lebih luas dengan banyaknya anggota yang dihimpun untuk mencapai tujuan yang lebih besar diperlukan tempat/wadah yang disebut organisasi.
Jadi pengertian organisasi adalah Suatu tempat atau wadah yang dapat dipakai oleh anggota untuk menghimpun para anggota dalam mencapai tujuan yang lebihh besar.
Langkah-langkah penyusunan organisasi
1. Job Analysis
2. Reqruitment
3. Job description
Organisasi dibagi 2:
1. Formal, adalah suatu wadah yang di dalamnya terdapat susunan kepengurusan terstruktur dan masing-masing mempunyai tugas yang jelas dan program yang sistematis (di kalangan NU umumnya disebut jam’iyyah).
2. Non Formal, adalah wadah orang-orang yang mempunyai tujuan bersama namun tidak mempunyai struktur yang baku, dan tidak ada tugas yang sistematis. (di kalangan NU umumnya disebutjama’ah).
Biasanya organisasi formal akan memberikan perubahan terhadap anggotanya, juga perubahan sosial terhadap organisasi sendiri antara lain:
· Perubahan peranan dan tujuan organisasi
· Membesarnya ukuran dan kompleksitas organisasi
· Tujuan organisasi menjadi lebih komplek dan sukar
· Penggunaan teknologi yang maju
· Adanya bentuk organisasi yang baru
· Perubahan pandangan terhadap manusia
Manajemen diartikan sebagai ilmu pengelolaan (seperti yang tersebut di atas) memiliki beberapa komponen 5M, yaitu: Man,MethodMoneyMachine, dan Material.
Secara umum fungsi-fungsi pokok manajemen dirumuskan oleh George Terry sebagai 4P, yaitu Perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organizing), Pelaksanaan (Actuating), dan Pengendalian (Controlling). Tetapi banyak juga para ahli yang lain yang mempunyai pendapat berbeda tentang fungsi-fungsi manajemen, meskipun pada intinya sama. Hanya ada beberapa tambahan atau pengurangan dalam beberapa hal.
Fungsi-fungsi pokok dari manajemen yang harus dilaksanakan adalah:
1. Planning (merencanakan), merancang hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam pembentukan suatu badan, termasuk di dalamnya survey kebutuhan dan rancang bangun media yang digunakan serta jadwal kerja dan teknis administrasi.
2. Organizing (mengorganisasi), membentuk kelompok yang sekaligus memberi pembagian kerja antar anggota kelompok.
3. Actuating (melaksanakan), sudah merupakan fungsi langsung dari suatu proses. Pada tahapan ini sesungguhnya tanggung jawab para anggota sudah mulai dirasakan manfaatnya.
4. Controlling (mengendalikan), mengamati jalannya proses yang terjadi dari pelaksanaan yang ada untuk kemudian memberi masukan atau melakukan perbaikan (evaluasi).

HYMNE PELAJAR NU

Bersemilah-bersemilah

Tunas-tunas NU

Tumbuhsubur-tumbuh subur

Di persada NU

Masa depan ditanganmu

Untuk meneruskan perjuangan

Mekar indah-mekar indah

Kau harapan NU

Kita bangun-kita bangun

Jiwa besar NU

Nan bertaqwa nan berjiwa

Islam ahlussunnah wal jama’ah

Bersemilah-bersemilah

Tunas-tunas NU

Tumbuhsubur-tumbuh subur

Di persada NU

Hari depan mengharapkan

Darma bakti akan kita abdikan

Bersemilah-bersemilah

Tunas-tunas NU

HYMNE PELAJAR NU

Bersemilah-bersemilah

Tunas-tunas NU

Tumbuhsubur-tumbuh subur

Di persada NU

Masa depan ditanganmu

Untuk meneruskan perjuangan

Mekar indah-mekar indah

Kau harapan NU

Kita bangun-kita bangun

Jiwa besar NU

Nan bertaqwa nan berjiwa

Islam ahlussunnah wal jama’ah

Bersemilah-bersemilah

Tunas-tunas NU

Tumbuhsubur-tumbuh subur

Di persada NU

Hari depan mengharapkan

Darma bakti akan kita abdikan

Bersemilah-bersemilah

Tunas-tunas NU

MARS IPPNU

Sirnalah gelap terbitlah terang

Mentari timur sudah bercahya

Ayunkan langkah pukul genderang

S’gala rintangan mundur semua

Tiada laut sedalam iman

Tiada gunung setinggi cita

Sujud kepala kepada tuhan

Tegak kepala lawan derita

Di malam yang sepi di pagi yang terang

Hatiku teguh bagimu ikatan

Di malam yang hening di hati membakar

Hatiku penuh bagimu pertiwi

Mekar seribu bunga di taman

Mekar cintaku pada ikatan

Ilmu kucari amal kuberi

Untuk agama bangsa negeri

MARS IPNU

Wahai pelajar Indonesia

Siapkanlah barisanmu

Bertekad bulat bersatu di bawah kibaran panji IPNU

Ayohai pelajar islam yang setia

Kembangkanlah agamamu

Dalam Negara Indonesia

Tanah air yang kucinta

Dengan berpedoman kita belajar, berjuang serta bertaqwa

Kita bina watak nusa dan bangsa

Tuk kejayaan masa depan

Bersatu wahai pelajar islam jaya tunaikanlah kewajiban yang mulia

Ayo maju…. pantang mundur….

Dengan rahmat tuhan kita perjuangkan

Ayo maju…. Pantang mundur….

Pasti tercapai adil makmur

SEJARAH IPNU-IPPNU

MASA KELAHIRAN (1954-1955)












Berawal dari Pesantren
Sekitar akhir tahun 1954, di kediaman Nyai Masyhud yang terletak di bilangan Keprabon, Surakarta, beberapa remaja putri yang kala itu sedang menuntut ilmu di Sekolah Guru Agama (SGA) Surakarta, mencoba merespon keputusan Muktamar NU ke-20 di Surabaya tentang perlunya organisasi pelajar di kalangan nahdliyyat.(8) Diskusi-diskusi ringan dilakukan oleh Umroh Machfudzoh, Atikah Murtadlo, Lathifah Hasyim, Romlah, dan Basyiroh Saimuri. Dengan panduan ketua Fatayat cabang Surakarta, Nihayah, mereka berbicara tentang absennya pelajar putri dalam tubuh organisasi NU. Lebih-lebih setelah kelahiran Muslimat NU (29 Maret 1946) yang beranggotakan wanita-wanita paruh baya, dan Fatayat NU (24 April 1950) yang anggota-anggotanya banyak didominasi oleh ibu-ibu muda.(9) Pembicaraan itu kemudian berkembang dengan argumentasi Nihayah tentang pentingnya didirikan satu wadah khusus bagi para pelajar putri NU. Apalagi keputusan muktamar ke-20 NU tahun 1954 menyatakan, bahwa IPNU adalah satu-satunya organisasi pelajar yang secara resmi bernaung di bawah NU dan hanya untuk laki-laki, sedangkan pelajar putri sebaiknya diwadahi secara terpisah. Nihayah juga berdalih bahwa banyak pelajar-pelajar putri dari kalangan NU yang dimanfaatkan oleh ormas-ormas yang kebanyakan berafiliasi kepada partai politik tertentu di luar NU. Nihayah bahkan menjabat sebagai Ketua Departemen Keputrian Pelajar Islam Indonesia (PII) yang berafiliasi kepada Partai Masyumi, padahal menjelang pemilu 1955 NU sudah berpisah menjadi partai sendiri. Obrolan ringan yang biasanya dilakukan seputar waktu senggang setelah sekolah itu akhirnya berkembang menjadi sebuah gagasan kemungkinan pengiriman pelajar putri NU mendampingi pelajar-pelajar putra yang memang pada awal tahun 1955 sedang mempersiapkan muktamar I IPNU yang akan diadakan di Malang, Jawa Timur. 

Gagasan ini menjadi semakin matang dengan diusulkannya pembentukan sebuah tim kecil oleh Ahmad Mustahal -ketua NU cabang Surakarta yang juga secara rajin memantau perkembangan gagasan nahdliyyat muda tersebut- untuk membuat draf resolusi pendirian IPNU-Putri. Tim yang diketuai Nihayah dan sekretaris Atikah Murtadlo ini menyusun draf resolusi di kediaman Haji Alwi di daerah Sememen, Kauman, Surakarta dan memutuskan untuk memberitahukan adanya rencana resolusi tersebut kepada PP IPNU yang berkedudukan di Yogyakarta. Tim juga menetapkan dua orang anggotanya yaitu Umroh Machfudzoh dan Lathifah Hasyim sebagai utusan untuk menemui PP IPNU di Yogyakarta. Selanjutnya utusan tersebut berangkat ke Yogyakarta dan diterima langsung oleh Ketua Umum PP IPNU, M. Tolchah Mansoer. Dalam pertemuannya, Umroh menyampaikan permintaan tim resolusi IPNU-Putri agar PP IPNU dapat menyertakan cabang-cabang yang memiliki pelajar-pelajar putri untuk menjadi peserta/wakil putri pada Kongres I IPNU di Malang. Selanjutnya disepakati pula dalam pertemuan tersebut bahwa peserta putri yang akan hadir di Malang nantinya dinamakan IPNU-Putri. 


Konperensi Panca Daerah
Sesuai dengan permintaan dihadirkannya utusan IPNU-Putri sebelumnya, selain dihadiri oleh peserta putra dari cabang-cabang IPNU seluruh Indonesia, pembukaan Muktamar I IPNU di pendopo kabupaten Malang dihadiri pula oleh peserta putri yang ternyata hanya berasal dari lima cabang (berikut nama-nama utusannya) yaitu: 
1. Cabang Yogyakarta: Asiah Dawami 
2. Cabang Surakarta: Umroh Machfudzoh Wahib, Atikah Murtadlo
3. Cabang Malang: Mahmudah Nahrowi 
4. Cabang Lumajang: Zanifah Zarkasyi 
5. Cabang Kediri: Maslamah 

Setelah selesai acara pembukaan, negosiasi formal dilakukan oleh para peserta putri dengan pengurus teras PP IPNU tentang kelanjutan eksistensi IPNU-Putri yang berdasarkan rencana sebelumnya secara administratif akan hanya menjadi departemen di dalam tubuh organisasi IPNU. Pembicaraan tentang kemungkinan ini berjalan cukup alot karena PP IPNU secara formal tidak pernah merasa mendirikan IPNU-Putri dan berakhir buntu pada keputusan diadakannya pertemuan intern lebih lanjut di antara utusan putri yang hadir mengenai kedudukan IPNU-Putri. Hasil akhir negosiasi dengan pengurus teras PP IPNU telah membentuk semacam kesan di antara para peserta putri bahwa organisasi IPNU kelak hanya akan lebih serius untuk menggarap anggota dari kalangan putra. Terlebih melihat keputusan-keputusan Konperensi Segi Lima IPNU di Surakarta dan hasil Muktamar ke-20 NU di Surabaya yang memang mengukuhkan eksklusivitas IPNU, hanya untuk pelajar putra. Melihat hal tersebut, pada hari ke-2 kongres, para peserta putri yang ternyata hanya dikirimkan oleh lima cabang itu sepakat untuk mengadakan pertemuan terpisah dari arena kongres IPNU. 

Kelima cabang tersebut kemudian mengadakan pertemuan di kediaman K.H. Nachrowi Thohir di daerah Jagalan, Malang. Selama pembicaraan pendahuluan, di dalam forum tersebut sempat berkembang usulan agar IPNU-Putri hanya merupakan satu departemen khusus dalam organisasi IPNU. Pemikiran ini hampir merata di antara seluruh utusan putri yang hadir karena alasan-alasan sebagaimana akan dikemukakan nanti. Tetapi setelah mengadakan konsultasi dengan dua orang jajaran pengurus teras badan otonom NU yang diserahi tanggung jawab dalam pembinaan organisasi pelajar yaitu, Ketua PB Ma'arif NU, K.H. M. Syukri Ghazali, dan Ketua PP Muslimat NU, Mahmudah Mawardi, yang juga sesekali hadir dalam pertemuan itu, keinginan agar untuk selanjutnya IPNU-Putri adalah badan yang terpisah dari IPNU semakin menyala. Akhir dari pembicaraan selama beberapa hari itu berhasil menelurkan keputusan-keputusan sebagai berikut: 

1. Pertemuan yang berlangsung pada 28 Februari-5 Maret 1955 dan dihadiri oleh utusan dari lima cabang IPNU-Putri itu selanjutnya disebut sebagai "Konperensi Panca Daerah".
2. Pembentukan organisasi IPNU-Putri yang secara organisatoris dan administratif terpisah dari IPNU.
3. Tanggal 2 Maret 1955 bertepatan dengan 8 Rajab 1374 H, yaitu hari deklarasi resolusi terbentuknya IPNU-Putri ditetapkan sebagai hari lahir IPNU-Putri (kelak menjadi IPPNU).
4. Untuk menjalankan roda organisasi dan upaya pembentukan cabang-cabang selanjutnya ditetapkan susunan pengurus Dewan Harian (DH) IPPNU sebagai berikut:

Ketua : Umroh Machfudzoh Wahib 
Sekretaris : Syamsiah Muthoyib 
dengan tugas-tugas: (a). Mensosialisasikan pembentukan IPNU-Putri kepada pelajar-pelajar putri NU di seluruh Indonesia. (b). Membentuk wilayah-wilayah serta cabang-cabang di seluruh Indonesia. (c). Mengadakan konperensi besar sekaligus peresmian berdirinya IPNU-Putri. (d). Menyusun dan menetapkan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) sementara sampai ditetapkannya secara resmi dalam forum muktamar atau konbes. AD IPPNU berhasil disusun oleh DH dan ditetapkan sebagai AD sementara pada tanggal 11 Maret 1955. 
5. Dewan Harian ini bertugas sampai dengan terbentuknya Pimpinan Pusat definitif yang dipilih melalui forum muktamar atau konperensi besar. PP IPNU-Putri selanjutnya berkedudukan di Surakarta, Jawa Tengah. 
6. Memberitahukan dan memohon pengesahan resolusi pendirian IPNU-Putri kepada PB Ma'arif-NU. Pada tanggal 4 Maret 1955, dikeluarkan surat persetujuan resolusi berdirinya IPNU-Putri dari PB Ma'arif NU. Selain itu PB Ma'arif juga mengusulkan perubahan nama menjadi IPPNU (Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama).(10) 

Demikianlah untuk selanjutnya IPPNU berjalan berkelindan dengan IPNU bahu-membahu dalam upaya mengkader pelajar-pelajar di lingkungan NU demi kesinambungan kepemimpinan organisasi yang didirikan para alim ulama ini.

=============
Catatan-catatan:

(8) Nyai Masyhud adalah ibu dari Ny. Mahmudah Mawardi, ketua umum PP Muslimat NU 1952-1979, dan nenek dari Farida Mawardi, ketua umum PP IPPNU periode 1963-1966.
(9) Nihayah berperan aktif dalam pembentukan IPPNU hanya sampai akhir tahun 1954 karena harus meninggalkan Surakarta dan menikah dengan K.H. Ahmad Siddiq. Kyai Siddiq adalah Rais 'Aam PBNU hasil muktamar NU ke-27 di Situbondo dan terpilih lagi pada muktamar ke-28 di Yogyakarta tahun 1989.
(10) Wawancara terpisah dengan Umroh M., Nihayah Ahmad Siddiq, dan Mahmudah Nachrowi.

SEJARAH KELAHIRAN NU

Kelahiran NU pada dasarnya merupakan muara perjalanan panjang sejumlah ulama pesantren di awal abad 20 yang berusaha mengorganisir diri dan berjuang demi melestarikan budaya keagamaan kaum muslimin tradisional, di samping kesadaran untuk ikut mengobarkan semangat nasionalisme secara tidak langsung juga menjadi faktor pengaruh di dalamnya, lantaran tekanan pemerintah kolonial pada waktu itu memang dirasakan sudah melewati batas toleransi.
Mulanya, didirikanlah Nahdlatul Wathan tahun 1916 di Surabaya oleh KH. Abdul Wahab Hasbullah dan KH. Mas Mansur (kelak menjadi tokoh Muhammadiyah). Dua tahun kemudian, bersama KH. Dahlan Ahyad, mereka mendirikan Tashwirul Afkar di kota yang sama. Kedua lembaga ini merupakan wahana pendidikan di bidang agama, keorganisasian, dan perjuangan. Selain itu, di tahun 1918 KH. Abdul Wahab juga mempelopori berdirinya Nahdlatut Tujjar, sebuah lembaga ekonomi yang kemudian diketuai oleh KH. Hasyim Asy’ari yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan usaha bersama.
Namun seiring dengan perjalanan waktu, keperluan untuk membentuk organisasi baru mulai dirasakan cukup mendesak ketika dalam kongres Al-Islam ke-4 di Yogyakarta tahun 1925 terdengar kabar bahwa penguasa baru tanah Hijaz, Raja Ibnu Sa’ud, hendak menyelenggarakan Muktamar ‘Alam Islami di Makkah pada bulan Juni 1926. Ketidak setujuan Kongres untuk meminta Ibnu Sa’ud agar memberi kebebasan bermadzhab serta menghormati praktek-prektek keagamaan tradisional di negaranya, menyebabkan KH. Wahab Hasbullah dan kawan-kawannya kecewa serta berusaha mencari solusi alternatif. Maka dibentuklah Komite Hijaz untuk mempersiapkan delegasi tersendiri yang akan ditugaskan menemui raja Ibnu Sa’ud demi menyampaikan aspirasi di atas, yang pada tanggal 26 Januari 1926, rapat komite ini melahirkan organisasi baru bernama Nahdlatul Ulama, dengan KH. Muhammad Hasyim Asy’ari sebagai Rais Akbar (Pemimpin Besar)